SOREANG, WN.net – Seribuan ibu-ibu turut larut dalam Senam Bersama Sabilulungan. Senam bersama sabilulungan ini digelar sebagai pembuka rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 8 Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tingkat Kabupaten Bandung, di pelataran Timur Stadion Si Jalak Harupat, Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jumat (13/12/2019).
Selain Senam Bersama Sabilulungan, ribuan ibu-ibu, termasuk Ketua FORMI Kabupaten Bandung, Hj. Kurnia Agustina, juga serempak bergoyang mengikuti gerakan senam poco-poco dan senam berirama dangdut.
Peringatan HUT 8 FORMI dengan tema “Sondah Babarengan Sabilulungan OLTRAD Nu Endah Bareng Barudak Tantangan” ini dihadiri Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser, dan Ketua FORMI Jawa Barat, serta segenap pimpinan OPD di lingkungan Kabupaten Bandung.
Digelar pula berbagai induk cabang olah raga yang ada di FORMI. Sesuai tema, kegiatan HUT ini ditandai pula pembukaan gelaran Sondah yang dilakukan para pelajar. Disambung panahan dan sumpit yang potensial dikembangkan di masyarakat, terutama bagi murid PAUD atau SD. Selain itu, ditampilkan olahraga tradisional, seperti engrang, permainan sarung, bubuayaan, jamparing, dan sumpit.
Ketua FORMI Kabupaten Bandung, Hj. Kurrnia Agustina, mengatakan peringatan HUT FORMI ini sengaja mengusung tema “Sondah” sebagai permainan sederhana untuk menangkal gatget, juga untuk melestarikan olahraga tradisional.
“Sondah ini mengandung dua arti. Sondah secara permainan dan sondah untuk mengembalikan atau melestarikan olahraga tradisional yang pernah ada,” ujar Hj. Nia kepada wartawan, usai peringatan Hari Jadi FORMI.
Begitu pula permainan sarung yang diracang Kang Rio ini , kata Hj. Nia, selain untuk melatih motorik, ajang promosi tenun sarung khas Kabupaten Bandung, dari tenun Majalaya yang tidak kalah etnis dan menarik.
“Inti tujuannya untuk mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Mudah-mudahana dengan siar ini dari semua kalangan, anak muda dan orangtua untuk bersama sesuai tujuan atau visi FORMI sehat, bugar, gembira,” papar Nia.
Hj. Nia mengatakan, cabang olahraga rekreasi yang dijaring FORMI, yaitu untuk masyarakat luas dan olahraga rekreasi ini tidak dipaksakan. Bila dipaksakan, biasanya akan ogah-ogahan.
Cabang olahraga di FORMI, katanya, juga ada Parkour yang mewakili milenial.
“Yang menjadi PR, Parkour ini harus menyiapkan arena bermain cukup luas, namun bagus untuk melatih keberaniam mereka yang keluar dari zona nyaman dan menggali kreativitas, melatih keseimbangan, dan percaya diri mereka. Bahkan permainan itu sangat bermanfaat untuk kesehatan, terutama untuk mengurangi stroke,” ucap Nia.
Olahraga tradisional, tutur Nia, tinggi nilai-nilai pilosofi yang diterapkan oleh leluhur.
“Kadang-kadang kita tidak sadar, karena menganggapnya olahraga ‘buhun’, jadul. Padahal kalau digali, itu suatu karakter kita. Permainan ini sangat mudah dilaksanakan serta dibuat secara permainan. Pokoknya hebat,” tuturnya.
Setiap tahun FORMI selalu mencanangkan permaianan seperti egrang. Tujuannya, agar industri egrang menjadi naik, efeknya bisa menarik dan positif bagi wisata, karena bisa ditampilkan di berbagai event. Baik di desa adat, desa budaya, dan lain sebagainya.
Kemudian olahraga jamparing yang pernah dilakukan di zaman Rosulullah ini, baru di kalangan dewasa, belum kepada anak-anak karena secara ukuran untuk anak-anak harus dibuatkan khusus.
Untuk event baru pada kugiatan HUT FORMI ini, ujar Nia, yaitu olahraga senam yang dilakukan secara masif. Senam ini dilakukan mayoritas kalangan ibu-ibu, yang bisa menggerakkan 49 persen perempuan dari 51 persen jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Bandung.** Deddyra