Bandung—Bandungpos update: Majelis Taklim Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung kampus I, kembali, menggelar pengajian rutin bulanan, yang diselenggarakan pada Sabtu (12/10) betepatan dengan 09 Rabiuts Tsani 1446 H. Pengajian dimulai jam 07.30 s.d 10.00 Wib.
Acara dimulai dengan pembacaan Barjanji, yang di dalamnya bercerita tentang kisah Rasulullah Saw. sekaligus sebagai untaian sholawat kepada Baginda Nabi yang mulia. Dikumandangkan dengan lantunan yang sangat merdu, oleh para petugas pengajian yang datang dari Majelis Taklim At Toyyibah Cipadung Kota Bandung.
Dalam sambutan panitia yang disampaikan Hj. Eneng Nuraeni, M. Ag, CPM, CFLS mengatakan, antusias para jamaah mengikuti pengajian tersebut tidaklah salah, apabila para malaikat mengelilingi mereka untuk menaburkan rahmat dan syafaat.
Pengajian kali ini bertema Terapi Penyakit Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali: Kajian Kitab Ilyaa Ulumuddin. Tampil sebagai narasumber dosen yang ahli bidang kajian kitab kuning, Dr. Hj. Nurlinah, M. Ag. Menurut Nurlinah, Segala penyakit lahir bisa dikatakan berawal dari keadaan batin. Sementara kedalaman batin itu sendiri sulit untuk dijangkau, ia berada di dasar lautan hati.
“Sebelum sampai pada muyassarah batiniyyah, sebagai hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengalami sakit dan kepayahan yang tak terhingga, karena begitu kerasnya beliau berpikir,” ujar Nurlinah.
Salaamatul Qolbi
Lebih lanjut Nurlinah mengatakan, di antara terapi yang ditawarkan Imam Al-Ghazali untuk mengobati penyakit hati, ialah Salaamatul qolbi, yakni keadaan ketika hati terbebas dari penyakit-penyakit batin, seperti iri hati (hasad), kebencian, dendam, dan kesombongan.
Menurut Nurlinah, Al-Ghazali menekankan pentingnya menjaga hati agar tetap suci karena hati yang bersih merupakan inti dari kehidupan spiritual. Terapi membersihkan hati dapat dilakukan dengan selalu memperbanyak dzikir kepada Allah, menghindari perasaan negatif terhadap orang lain, dan senantiasa melakukan introspeksi diri (muhasabah) setiap saat.
“Al-Ghazali juga menyarankan untuk menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan sikap lapang dada terhadap orang lain. Selanjutnya terapi hasad, Al-Ghazali menganjurkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada diri sendiri, “paparnya menambahkan.
Dikatakan Nurlinah, selain itu, mendoakan kebaikan bagi orang yang diirikan dan berusaha menumbuhkan perasaan senang, ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat, juga menjadi terapi efektif untuk mengobati hasad. Terapi ujub, Al-Ghazali menyarankan untuk mengingat, bahwa segala sesuatu yang dilakukan adalah karena taufik dan hidayah dari Allah, bukan semata-mata hasil usaha diri sendiri.
“Menanamkan rasa tawadhu (rendah hati) dan terus-menerus mengingat kebesaran Allah, seseorang akan terhindar dari perasaan ujub. Terapi riya, Al-Ghazali menekankan pentingnya memperbaiki niat sebelum melakukan setiap amal. Amal kebaikan harus dilakukan dengan kesadaran bahwa yang paling penting adalah penilaian Allah, bukan penilaian manusia. Berusaha memperbanyak ibadah secara rahasia (yang hanya diketahui oleh Allah) juga merupakan terapi efektif untuk menghindari riya, ” papar Nurlinah.
Nurlinah mengetakan lebih jauh, terapi takabur, Al-Ghazali menyarankan untuk merenungkan asal usul diri sebagai makhluk yang diciptakan dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Mengingat kematian dan hakikat ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah, seseorang akan lebih mudah merendahkan hati dan menghindari sikap sombong.
Pengajian dihadiri sekitar 200 jamaah, yang datang dari berbagai wilayah di kota dan Kabupaten Bandung. Di bagian akhir acara pengajian, pengurus Majelis Taklim menyajikan layanan konseling spiritual melalui Dzikir Tauhid Afirmatif. Acara juga disponsori oleh PT. Muzaki Travel Internasional, Klinik Utama Kardia, Varash, Laboratorium Dakwah FDK dan Bandung Pos Update, tak ketinggalan doorprize yang sengaja dan selalu disediakan pengurus Majelis Taklim Ikomah.***